Monday, June 21, 2010
Diriku..
Sunday, June 20, 2010
Malam Pertama...( i like )
Satu hal sebagai bahan renungan Kita...
Tuk merenungkan indahnya malam pertama
Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawi semata
Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam Dan Hawa
Justeru malam pertama perkawinan kita dengan Sang Maut
Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara
Hari itu... mem pelai sangat dimanjakan
Mandipun...harus dimandikan
Seluruh badan Kita terbuka....
Tak ada sehelai benangpun menutupinya. .
Tak ada sedikitpun rasa malu...
Seluruh badan digosok dan dibersihkan
Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan
Bahkan lubang-lubang itupun ditutupi kapas putih...
Itulah sosok Kita....
Itulah jasad Kita waktu itu
Setelah dimandikan.. ,
Kitapun dipakaikan gaun cantik berwarna putih
Kain itu ...jarang orang memakainya..
Karena sangat terkenal bernama Kafan
Wangian ditaburkan kebaju Kita...
Bahagian kepala.., badan. .., dan kaki diikatkan
Tataplah.... tataplah. ..itulah wajah Kita
Keranda pelaminan... langsung disiapkan
Pengantin bersanding sendirian...
Mempelai diarak keliling kampung yang dihadiri tetangga
Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul
Kita diiringi langkah longlai seluruh keluarga
Serta rasa haru para handai taulan
Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah Dzikir
Akad nikahnya bacaan talkin....
Berwalikan liang lahat..
Saksi-saksinya nisan-nisan. . yang telah tib a duluan
Siraman air mawar.. pengantar akhir kerinduan
Dan akhirnya.... tiba masa pengantin..
Menunggu dan ditinggal sendirian,
Tuk mempertanggungjawab kan seluruh langkah kehidupan
Malam pertama yang indah atau meresahkan..
Ditemani rayap-rayap dan cacing tanah
Di kamar bertilamkan tanah..
Dan ketika 7 langkah telah pergi.....
Sang Malaikat lalu bertanya.
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur...
Ataukah Kita akan memperoleh Siksa Kubur.....
Kita tak tahu...Dan tak seorangpun yang tahu....
Saya hampir membuang email ini namun saya telah diberi kesabaran untuk
membacanya terus hingga ke akhir.
Mengapa mudah sekali membuang email agama tetapi bangga mem "forward"
kan email yang tak senonoh? Astaghfirullah. ..
Marilah membuat keseimbangan dalam kehidupan kita, sebelum kita menuju
ke
''Malam Pertama Kita''
CoBA
TAnpA....
Hatiku kau guris Luka....
Saturday, June 19, 2010
Lagu Peberet...
What do you want from me
What do you want from me
Yeah/I'm afraid
What do you want from me
What do you want from me
There might have been a time
When I would give myself away
Oh once upon a time
I didn't give a damn
But now
Here we are
So what do you want from me
Just don't give up
I'm workin' it out
Please don't give in
I won't let you down
It messed me up
Need a second to breathe
Just keep coming around
Hey
What do you want from me
What do you want from me
Yeah/ It's plain to see
That baby you are beautiful
There's nothing wrong with you
(nothing wrong with you)
It's me
I'm a freak
But thanks for loving me
'Cause your doing it perfectly
Yeah, there might have been a time
When i would just let you slip away
I wouldn't even try
But I think you could save my life
Just don't give up
I'm workin' it out
Please don't give in
I won't let you down
It messed me up
Need a second to breathe
Just keep coming around
Hey
What do you want from me
(What do you want from me)
What do you want from me
(What do you want from me)
What do you want from me
(What do you want from me)
No, I won't let you down
So,just don't give up
I'm workin' it out
Please don't give in
I won't let you down
It messed me up
Need a second to breathe
Just keep coming around
Hey
What do you want from me
So,just don't give up
I'm workin' it out
Please don't give in
I won't let you down
It messed me up
Need a second to breathe
Just keep coming around
Hey
What do you want from me
(What do you want from me)
What do you want from me
(What do you want from me)
What do you want from me
(What do you want from me)
Dont Touch My Heart....
fRiENd
Value that is found in friendships is often the result of a friend demonstrating the following on a consistent basis:
- the tendency to desire what is best for the other
- sympathy and empathy
- honesty, perhaps in situations where it may be difficult for others to speak the truth, especially in terms of pointing out the perceived faults of one's counterpart
- Mutual understanding
- Mutual compassion
LonELy
Salah Kah Aku??
Sofea Jane...
Friday, June 18, 2010
Lagenda Budak Setan
Tak lagi bermakna
Yang ku rasa kini
Hanyalah nestapa
Ditinggalkan cinta
Masa lalu
Dulu kau tawarkan
Manisnya janjimu
Dan ku sambut itu
Dengan segenap hatiku
Bila engkau pergi
Tinggalkanku
Hilangnya cintamu
Menusuk hatiku
Hingga ku memilih
Cinta yang fana
Perginya dirimu
Merobek jantungku
Hingga ku terjatuh
Dalam harapan
Hilangnya cintamu
Menusuk hatiku
Hingga ku terjatuh
Dalam harapan
Uuu...
Dalam harapan
Listen To Ur Heart
TONY BLAIR
As posted by Dr. Mahathir Mohamad at Che Det on June 16, 2010 9:10 AM
1. Tony Blair, the disgraced ex- Prime Minister of Britain, who was recently paid RM 1 million by "Malaysian achievers" to personably teach them how to achieve, says that Israel has a right to defend itself, when commenting on the killing of Turkish volunteers on the Mavi Marmara.
2. This is to be expected of a British Prime Minister who lied so he could send the British forces to kill Iraqis. Killing innocent people is to have almost a pastime. That the Turkish volunteers were on a mercy mission to bring food, medicine and building material to the Palestinian in Gaza; that Turkey is not at war with Israel, that they were unarmed mean nothing to Tony Blair.
3. Just as he feels justified telling lies so he could war against Iraq, shooting and killing aid workers is to him part of defending a country.
4. The achievers in Malaysia must have learnt a lot about how to achieve by lying and by killing innocent people. The one million Ringgit (200,00 Pound) they paid him is well spent.
bEtOL kE??
gay ke aku???
Dem Girls...
I like ‘dem girls
‘Dem girls, around the world, world, world
Okay, this is a remix
Ya’ll know this is
I like ‘dem girls
And they call me, young to the don
C-A-P-R-I-C-E
Let’s go!
Fly cars, lamborghini
Can’t stop young houdini
When I come on tv
They just wont believe me
Like that I’m focus man
I grab girls like hova can
You cant see what you cant grab
I got girls thats twice as bad
Get with the pro my cool composoure
Don’t be fool cause I’m naughty by nature
Keep your cool I met get to know ya
Hi whats down, I’m from Malaysia
I dont lie but I’m diggin’ your friend
Shes down, I’m down, like lovers and friend (wait)
I don’t pay I do it for free (wait)
Just call it then repeat
[CHORUS]:
Hey girls around the world
Love the way I rock my world
Yo girls, can’t hold me down
Love the way they love me now
‘Dem girls
(Around the world, love the way I rock my world)
Yo girl, can’t hold me down
(Love the way you love me now)
I’m still young but I take my chances
She wants me to I try to dance
I don’t drive mercedes benz
Give me two years girl, I’ll fly a jet
Nevermind you’re hard to get
We’ll see how you are when I’m making you wet
I don’t lie but I’m one of the best
So don’t drive by without giving me a test
I’am star in the making
You got beef, call my agent
Can’t proceed, call the station
Got my song on hard rotation
Yes, I’m so amazing
From KL, yes I’m asian
Don’t try to test my patience
C-A-P will keep you blazing
Yo girl cant hold me down
Labels cant hold me now
I got them focus now
I like the way ‘dem girls
[CHORUS]
I met this one girl at a party last night
And she was like, let’s go for a movie
I was like, let’s make one
I take you to the movies
Nevermind the groupies
Take it real slow
Now she really wanna do me
Take her back home, now she wanna get it on
She said, she’s in the zone
And I’m turning her on
So we, walked through the door
Then we, got on the floor
She’s like, papi you ready
I’m like, I got some more ma,
You ain’t bad, you just love the way I rap
She said
[CHORUS] (3X)
HehE
AWAK !!!
Awak,
Awak minta saya lupakan awak. Saya faham itu cadangan yang betul, dan sepatutnya begitu. Saya akan cuba lupakan awak tapi bukan dalam masa yang terdekat… saya pernah frust sebelum ni wak, dan saya pernah alami sakitnya frust tu. Sakit wakkk.. itu sebab caranya untuk melupakan si dia ialah dengan membenci si dia buat sementara waktu.. itu yang saya cuba akan lakukan pada awak. Insyallah lepas tu kita boleh berkawan seperti awak berkawan dengan orang lain.
Awak,
Masalahnya saya selalu teringat dan rindu sangat-sangat pada awak. Awak tau tak ni..? Takde sebab saya nak bazirkan masa saya melayan awak kalau saya sekadar suka-suka ber SMS dengan awak.. siang malam awak dalam ingatan saya. Kalau masa rindu itulah yang sangat menyakitkan jiwa.. bayangkan betapa dalamnya saya dah teringat pada awak. Nak gostan semula aduhai payah wakk.. payahh!!
SESAJE...
Awakk!!!
Saya sedang cuba lupakan awak, saya sedang berusaha wakk.. tapi awak janganlah macam nak seksa saya. Tolonglah.. bukan saya redha dengan ’sayang’ dan ‘rindu’ kepada awak tapi saya tak dapat lari wakk. Please lah.. saya pun tak nak rindu sayang awak tu.. cuma saya tak boleh lari buat masa ni.
Awakk!!
Saya tahu awak langsung tidak ada apa-apa perasaan pada saya, rindu tidak sayang apatah lagi. Saya tak kisah pun, cuma saya mintak tolong berilah saya sedikit masa untuk saya lupakan awak.
Saya tahu awak dah bosan, dan jemu dan tak de mood nak layan saya, saya tahu saya MEMBOSANKAN awak. Saya tahuuuu.. tapi tolonglah, atas dasar awak pernah kenali saya, jangan buat keputusan terdesak macam ni.. Apa salah saya wakk..?
Awakk!!
Sampai satu masa nanti awak bawak lah hal awak, saya akan bawak hal saya.. jangan bimbang tetapi jangan lah DUMP saya macam ni.. tak kan sedikit pun takde perasaan kasihan pada saya wakk.
Awak!!
Saya tetiba suka pada awak bukan sebab saya ni kaki perempuan. Kalau saya ni kaki perempuan baik saya cari orang lain yang lebih cantik dan menarik daripada awak. Tapi sekali lagi.. atas nama kawan, tarik semula kata-kata tadi, boleh kan?
Pedihh nyer……
Awak..
Sekali lagi saya menulis, sekali lagi nampaknya awak kena baca cerita saya. Setiap kali ada masalah maknanya saya kena tulis untuk clear kan keadaan. Saya perlu lakukan ini semata-mata kerana awak. Ya kerana awak, kerana saya sayangkan awak.
Awak,
Saya minta maaf atas apa yang berlaku semalam. Saya menyesal, saya marahkan diri saya. Saya tak patut kaitkan perasaan kecewa saya dengan awak. Saya tidak cerdik dalam hal ni wak. Memang saya jeles bila orang lain rapat dengan awak, saya bengang bila awak layan orang lain lebih dari awak layan saya. Orang lain boleh, tetapi bila masa saya awak sentiasa lari atau buat lebih kurang jer.
Sebagai seorang kawan yang mempunyai perasaan lebih dari seorang kawan terhadap awak, saya memang jeles. Bila saya dengar awak ketawa, saya rasa orang lain dah happy kan awak, tetapi saya tak boleh buat awak happy macam tu. Saya pun nak awak happy macamana orang lain happy kan awak.
Secara halus saya rasa tersisih, takda perhatian dari awak, takde yang menarik di mata awak. Itu yang menjadikan saya tetiba sedih dan rasa nak cabut dari office. Entah la tetiba jadi sensitive pulak kebelakangan ini, dah nak monapous agaknya saya ni..
Awak, saya fikir dalam hal ini sayalah yang tidak sepatutnya bertindak mengikut perasaan. Awak hak orang ramai, semua orang boleh bercakap, mengadu masalah, berbual kosong, bertanya itu ini dengan awak. Itu tugas dan position awak di sini. Saya salah dalam hal ni wak. Maaf kan saya yer.
Saya janji saya tak akan ulangi lagi benda-benda bodoh ni. Saya kena kembalikan semuanya seperti dulu. Saya nak awak happy dan tak fikir benda-benda bodoh yang saya fikirkan ni. Kalau lepas ni saya bengang ke, saya jeles ke.. insyallah saya tak akan sampaikan pada awak atau buat benda bodoh macam ni lagi. Cukup saya sendiri yang rasa.. pandai2 lah saya settlekan nya nanti. Sekali lagi saya katakan saya menyesal buat awak berdebar-debar semalam.. saya rasa sedih bila awak sedih, awak kena tau itu. Saya minta maaf OK.
Awak,
Saya ni hanya menumpang simpati awak. Saya hanya menumpang di tepi-tepi hati awak. Saya tak boleh duduk selamanya di hati awak, adat menumpang buatlah cara menumpang dah sampai masa kena lah lari. Nak mintak lebih-lebih mana boleh, awak kasihan dan simpati pada saya sudah cukup besar buat saya. Insyallah saya akan lari juga nanti, cuma berilah saya masa.. Menumpang, gitu lah.
Awak,
Saya rasa awak mesti tertanya-tanya kenapa saya jatuh hati pada awak. Awak. dalam dunia ni sehari-harian saya ingat pada awak. Saya sendiri tak boleh jawab soalan ni, apa yang lebih awak dari orang lain, apa istemewa awak dari orang lain TETAPI mesti ada sesuatu yang membuatkan saya selalu rindu dan teringatkan awak.. dan lagi cukup payah kalau dah libatkan soal sayang.. jangan tanya saya, saya sendiri tengah cari jawapanya.
Yang pastinya, saya TAK BOLEH buat kerja kalau saya ada masalah dengan awak. Saya cepat tension kalau saya bengang dengan awak. Saya jadi malas kalau awak SMS yang buat saya bengang. Saya jadi rajin, happy, semangan nak datang kerja kalau awak happy kan saya. Awak banyak mempengaruhi hidup saya akhir2 ni, Kalau awak abaikan saya, saya jadi tak tentu arah.
Tak dapat SMS awak sehari saya jadi hilang arah. Kalau nampak awak, saya rasa berdebar-debar, rasa nak peluk girlfriend saya. Sayang tak dapat lari dari nafsu, awak tahu tu kan? Rasa nak belai rasa nak dakap awak.. bukan peluk bernafsu wak, peluk sayang. Saya pun tak reti nak cakap lah. Jangan marah saya tulis tu. Awak jangan fikir sangat benda ni, saya sekadar luahkan saja. OK jangan letak di hati hal ni, untuk pengetahuan awak saja tu.
Awak,
Apa yang saya alami sekarang adalah satu bebanan buat saya, saya dah terlalu dalam benda ni makan diri saya, berapa kali saya duk ulang ayat ni. Kalau cerita kat orang pun, orang tak de yang nak percaya, lagilah saya dikatakan bangang sebab bercinta dengan orang macam awak lah.
Awak..
Selepas ni saya harap awak akan kembali seperti biasa, macam dulu-dulu. Saya tak nak awak sedih, awak menangis, awak berdebar-debar, awak susah hati disebabkan saya. Saya bukan teman istimewa awak, saya hanya menumpang sayang saja. Menumpang hati seorang kawan yang saya anggap girlfriend saya.. tak kira lah awak anggap apa pada saya pun. Bagi saya awak adalah girlfriend saya.
Awak jangan fikir lagi OK, concentrate dengan kerja awak, Anggaplah saya ni sebahagian dari kawan-kawan awak yang awak ada. Kalau boleh terima lah saya sebagaimana awak terima kawan-kawan awak yang lain, mungkin kawan baru bagi awak. Saya tak kisah.. saya tak nak awak susah hati disebabkan saya lagi, saya susah hati takpe. Kalau saya hantuk kepala sekalipun, saya akan usahakan cari ubatnya sendiri …
Akhir sekali, take care. Sekali lagi saya minta maaf ya.
LOVE...LOVE...
Thursday, April 8, 2010
KERJA..KERJA..KERJA..Tiada Masa Untuk Anak...Nilai la sendiri..
Gaji Papa Berapa?
Seperti biasa Andrew, Ketua Cawangan di sebuah syarikat swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasa, Sarah puteri sulongnya yang baru darjah tiga membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.
“Mengapa kamu tidak tidur lagi?” sapa Andrew sambil mencium anaknya.
Biasanya Sarah memang sudah tidur ketika dia pulang dan baru terjaga ketika dia akan berangkat ke pejabat pagi hari. Sambil mengikuti Papanya menuju ruang tamu Sarah menjawab, “Saya menunggu Papa pulang. Sebab saya mau tanya berapa gaji Papa ?”
“Ait! kenapa kamu hendak tahu gaji papa berapa? Hendak minta duit lagi ya?”
“Tidak. Hendak tahu saja” ucap Sarah singkat.
“Ok. Kamu boleh kira sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar RM400. Setiap bulan lebih kurang 22 hari bekerja. Sabtu dan Ahad cuti. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa?”
Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementara Papanya membuka kasut dan menyalakan television. Ketika Andrew beranjak menuju ke bilik bagi menyalin pakaian, Sarah berlari mengikutinya. “Kalau satu hari Papa dibayar RM400 untuk 10 jam, bermakna satu jam Papa dibayar gaji RM40 kan” katanya.
“Wah, bijaknya kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur” perintah Andrew
Tetapi Sarah tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian, Sarah kembali bertanya, “Papa, bolehkah saya pinjam wang 5 ringgit?”
“Sudahlah! Buat apa minta duit malam-malam begini? Papa penat dan hendak mandi dulu. Tidurlah”.
“Tapi Papa…”
Kesabaran Andrew pun habis. “Papa cakap tidur!” herdiknya mengejutkan Sarah. Anak kecil itu pun pergi menuju kamarnya.
Selepas mandi, Andrew nampak menyesali perbuatan mengherdik anaknya itu. Dia pun menengok Sarah di bilik tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang teresak-esak perlahan sambil memegang duit 5 ringgt di tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus kepala anak kecil itu, Andrew berkata, “Maafkan Papa, nak. Papa sayang Sarah. Tapi buat apa minta duit malam-malam begini ? Kalau hendak beli mainan, besokkan boleh. Jangankan 5 ringgit, lebih daripada itu pun Papa beri,” jawab Andrew
“Papa, saya bukan minta duit. Saya hanya pinjam. Nanti saya kembalikan kalau sudah menabung lagi daripada duit jajan selama minggu ini”.
“Ya, ya, tapi hendak buat apa?” tanya Andrew lembut.
“Saya menunggu Papa dari pukul 8. Saya mahu ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh minit saja. Mama selalu cakap, waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, saya mahu ganti waktu Papa. Saya buka tabung, hanya ada 15 ringgit. Tapi karena Papa cakap satu jam Papa dibayar 40 ringgit maka setengah jam saya perlu ganti 20 ringgit. Tapi duit tabung tidak cukup 5 ringgit, jadi saya hendak pinjam daripada Papa” kata Sarah.
Andrew pun terdiam. Dia kehilangan kata-kata. Dipeluknya anak kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk “membeli”kebahagiaan anaknya.
Saudara bagaimana? Selalukah melayan anak? Ataupun anak saudara masih kecil, belum pandai berfikir seperti Sarah. Jadi tidak perlu risau. Benarkah begitu? Semasa anak kita tidur, renunglah wajahnnya. Fikirkanlah hal ini. Fikirkan juga, ada ataupun tidak janji-janji yang dibuat dengan anak kita yang belum ditunaikan....
FIKIRLAH..BUKA HATI..TANYA DIRI..INIKAH KEHIDUPAN YG KITA MAHU..SEDANGKAN KITA BERHAK MENCAPAI LEBIH BAIK DARI INI..
WARKAH INI BAIK UNTUK DINILAI OLEH MEREKA YG TELAH BEKELUARGA DAN BAKAL MEMPUNYAI ANAK DAN KELUARGA SATU MASA NANTI..
Thursday, March 25, 2010
"Sebuah kisah tatapan utk semua... Yang baik jadikan pengajaran.. .wahai suami reda lah dengan apa yang ada pada isterimu.... ......"
> lambat lagi malam ini. Akhirnya sofa itu jugak menjadi katilnya malam ini.
> 2.00 pagi. "Nura, Nura bangun sayang". Hilmi mengejutkan isterinya. "Eh!
> abang dah balik, maaf Nura tertidur, abang nak makan?" tanya Nura. "Tak per
> lah abang dah makan tadi, Jomlah kita tidur di atas". jawapan yang cukup
> mengecewakan Nura. "Arrggh rindunya Nura pada abang, rindu nak makan semeja
> dengan abang, abang tak nak tengok ker apa Nura masak hari ni, ikan cencaru
> sumbat kesukaan abang," luah Nura dalam hati. "Abang naiklah dulu Nura nak
> simpan lauk dalam peti ais dulu". pinta Nura sambil menuju ke dapur. Gugur
> air mata isterinya menyimpan kembali lauk-lauk yang langsung tidak dijamah
> suami tercinta, kecil hatinya sedih perasaannya. Nura ambil dua keping roti
> sapu jem dan makan untuk alas perut kerana dia sememangnya lapar, tapi
> selera makannya terbunuh dengan situasi itu. Nura menghirup milo panas
> sedalam-dalamnya dan akhirnya masuk bilik air gosok gigi dan terus menuju ke
> bilik tidur. Sekali lagi terguris hati seorang isteri apabila melihatkan
> suaminya telah terlelap. "Sampai hati abang tidur dulu tanpa ucapkan selamat
> malam tanpa kucupan mesra, tanpa belaian dan tanpa kata-kata kasih abang
> pada Nura", bisik hati kecilnya. Aargghh rindunya Nura pada abang. " Nura
> rindu nak peluk abang, Nura nak kucup abang, Nura rindu abang". Selesai
> solat subuh Nura panjatkan doa semoga dia sentiasa beroleh bahagia,
> dipanjangkan jodohnya dengan Hilmi tercinta, diberi kesihatan yang baik dan
> paling panjang dan khusyuk dia berdoa semoga Allah berikan kekuatan untuk
> menempuh segala badai. Selesai menjalankan amanat itu, Nura kejutkan Hilmi,
> manakala dia bingkas menuju ke dapur menyediakan sarapan buat suami
> tersayang. Nura keluarkan ayam dan sayur dan mula menumis bawang untuk
> menggoreng mee. "Assalamualaikum" , sapa Hilmi yang sudah siap berpakaian
> untuk ke pejabat. "Waalaikumsalam, sayang". Nura cuba bermanja sambil
> menambah, "abang nak kopi atau teh?" Nura tetap kecewa apabila Hilmi hanya
> meminta air sejuk sahaja, dia ada 'presentation' dan hendak cepat, mee
> goreng pun hanya dijamah sekadar menjaga hati Nura dan tergesa-gesa keluar
> dari rumah. Nura menghantar pemergian suami hingga ke muka pintu "Abang,
> Nura belum cium tangan abang, abang belum kucup dahi Nura", kata Nura
> selepas kereta itu meluncur pergi. Arrghh rindunya Nura pada abang.
> ------------ --------- --------- --------- --------- --------- --------- --
>
> "Mi, semalam pukul berapa kau balik?" tanya Zikri. "Dekat pukul 2.00 pagi".
> Jawab Hilmi acuh tak acuh. "Wow dasyat kau, kalah kami yang bujang ni, woi
> semalam malam Jumaat ler, kesian bini kau". Zikri bergurau nakal. "Apa nak
> buat, lepas aku siapkan plan tu, aku ikut Saiful dan Nazim pergi makan dan
> borak-borak, sedar-sedar dah pukul 2.00", aku balik pun bini aku dah tidur.
> "Balas Hilmi. "Sorrylah aku tanya, sejak akhir-akhir kau sengaja jer cari
> alasan balik lewat, hujung minggu pun kau sibuk ajak member lain pergi
> fishing, kau ada masalah dengan Nura ke?". Zikri cuba bertanya sahabat yang
> cukup dikenali sejak dari sekolah menengah, sampai ke universiti malah
> sekarang bekerja sebumbung. "Entahlah Zek, aku tak tahu kenapa sejak
> akhir-akhir aku rasa malas nak balik rumah, bukan aku bencikan Nura, kami
> tak bergaduh tapi entahlah". terang Hilmi. "Well, aku rasa aku perlu dengar
> penjelasan lebar kau, aku nak dengar semuanya, tapi bukan sekarang. Lepas
> kerja jom kita keluar ok?". Usul Zikri. "Ok." Ringkas jawapan Hilmi sambil
> menyambung kembali merenung plan bangunan yang sedang direkanya.
> ------------ --------- --------- --------- --------- ---------
>
> Nura membuka kembali album kenangan itu. Tersenyum dia bila melihatkan saat
> manis dia diijab kabulkan dengan Hilmi. Majlis ringkas, hanya dihadiri sanak
> saudara dan rakan terdekat. Maklumlah yatim piatu, kenduri ini pun mujur
> sangat kakak sulungnya sudi mengendalikan. Saat-saat sebegini Nura teringat
> kembali alangkah indahnya sekiranya ibunya masih ada, akan diluahkan
> segalanya pada ibu tetapi sekarang, dia tidak punya sesiapa. Nura menangis
> sepuas hatinya. 5 tahun menjadi suri Hilmi, bukan satu tempoh yang pendek.
> Nura bahagia sangat dengan Hilmi, cuma sejak akhir-akhir ini kebahagiaan itu
> makin menjauh. Nura sedar perubahan itu, dan dia tidak salahkan Hilmi. Makin
> laju air matanya mengalir. "Abang sanggup menerima Nura, abang tidak
> menyesal?". tanya Nura 5 tahun yang lepas. "Abang cintakan Nura setulus hati
> abang, abang sanggup dan Insya-Allah abang akan bahagiakan Nura dan akan
> abang tumpahkan sepenuh kasih sayang buat Nura,". Janji Hilmi. "Walaupun
> kita tidak berpeluang menimang zuriat sendiri?". Tanya Nura lagi. "Syyy...
> doktor pun manusia macam kita, yang menentukan Allah, Insya-Allah abang
> yakin sangat kita akan ada zuriat sendiri", Hilmi meyakinkan Nura. Nura
> masih ingat saat itu, apabila dia menerangkan pada Hilmi dia mungkin tidak
> boleh mengandung kerana sebahagian rahimnya telah dibuang kerana ada
> ketumbuhan. Harapan untuk mengandung hanya 10-20 peratus sahaja. Tapi Hilmi
> yakin Nura mampu memberikannya zuriat. Tapi, itu suatu masa dahulu, selepas
> 5 tahun, Nura tidak salahkan Hilmi sekiranya dia sudah mengalah dan terkilan
> kerana Nura masih belum mampu memberikannya zuriat. Walaupun Nura sudah
> selesai menjalani pembedahan untuk membetulkan kembali kedudukan rahimnya
> dan mencuba pelbagai kaedah moden dan tradisional. Arrghh rindunya Nura pada
> abang. ------------ --------- --------- --------- --------- ---------
> --------- -------
>
> "Aku tak tahu macam mana aku nak luahkan Zek, sebenarnya aku tidak salahkan
> Nura, dia tidak minta semuanya berlaku, isteri mana yang tidak mahu
> mengandungkan anak dari benih suaminya yang halal, tapi... " ayat Hilmi
> terhenti disitu. "Tetapi kenapa? Kau dah bosan? Kau dah give up?" Celah
> Zikri. "Bukan macam tu, aku kesian dengan dia sebenarnya, duduk rumah saja,
> sunyi, tapi sejak akhir-akhir ini perasaan aku jadi tak tentu arah, aku rasa
> simpati pada dia, tetapi kadang-kadang perasaan aku bertukar sebaliknya",
> terang Hilmi. "Maksudnya kau menyesal dan menyalahkan dia?" tingkas Zikri.
> "Entahlah Zek, aku tak kata aku menyesal, sebab aku yang pilih dia, aku tahu
> perkara ni akan berlaku, cuma mungkin aku terlalu berharap, dan akhirnya aku
> kecewa sendiri. Dan aku tidak mahu menyalahkan Nura sebab itulah aku cuba
> mengelakkan kebosanan ini, dan elakkan bersama-samanya macam dulu kerana
> simpati aku pada dia akan bertukar menjadi perbalahan " Jelas Hilmi. "Dan
> kau puas hati dengan melarikan diri dari dia? kata Zikri tidak berpuas hati
> dan menambah, "apa kata korang ambil saja anak angkat?" "Anak angkat tak
> sama dengan zuriat sendiri Zek, kau tak faham. Aku harapkan zuriat sendiri
> dan dalam masa yang sama aku tahu dia tak mampu, ibu dan kakak-kakak aku pun
> dah bising, mereka suruh aku kawin lagi, tapi aku tak sanggup melukakan hati
> dia Zek. Aku tak sanggup". Ujar Hilmi. ------------ --------- ---------
> --------- --------- ---------
>
> - Nura masih menanti, selalunya hujung minggu mereka akan terisi dengan
> pergi berjalan-jalan, membeli belah, atau setidak-tidaknya mengunjungi rumah
> saudara mara atau menjenguk orang tua Hilmi di kampung. Kini dah hampir 5
> bulan mereka tidak menjenguk mertua dia. Dia sayangkan mertua dan iparnya
> yang lain macam saudara sendiri. Dia tidak punya ibu, maka dengan itu
> seluruh kasih sayang seorang anak dicurahkan kepada kedua mertuanya.
> Sebolehnya setiap kali menjenguk mertua atau kakak-kakak iparnya dia akan
> bawakan buah tangan untuk mereka, biasanya dia akan menjahit baju untuk
> mereka, itulah yang selalu dibuat untuk menggembirakan hati mertuanya,
> maklumlah dia punya masa yang cukup banyak untuk menjahit. Selalunya juga
> dia akan buatkan kek atau biskut untuk dibawa pulang ke kampung suami
> tersayangnya. Dan mereka akan gembira sekali untuk pulang ke kampung, tapi
> kini... aarghh rindunya Nura pada abang. Nura tahu Hilmi pergi memancing
> sebab dia bawa bersama segala peralatan memancing, dan hari ini sekali lagi
> Nura menjadi penghuni setia rumah ini bersama setianya kasihnya kepada
> Hilmi. Nura masih tidak menaruh syak pada Hilmi, dia masih cuba memasak
> sesuatu yang istemewa untuk Hilmi bila dia pulang malam nanti, tapi Nura
> takut dia kecewa lagi. Arghh tak apalah, demi suami tercinta. Aaarggh
> Rindunya Nura pada abang. ------------ --------- --------- ---------
> --------- --------- --------- --
>
> "So you dah tahu I dah kawin, tapi you masih sudi berkawan dengan I kenapa?
> Adakah kerana simpati atau ikhlas?" tanya Hilmi pada Zati yang dikenali dua
> minggu lepas semasa mengikut teman-teman pergi memancing. Sejak itu Zati
> menjadi teman makan tengaharinya, malah kadang teman makan malamnya. "I
> ikhlas Hilmi, dan I tak kisah kalau jadi yang kedua, I dah mula sayangkan
> you". Zati berterus terang. Lega hati Hilmi, tapi Nura? ------------
> --------- --------- --------- --------- --------- --------- --
>
> "Abang, Nura tak berapa sihatlah bang rasa macam nak demam saja," adu Nura
> pagi tu, sebelum Hilmi ke pejabat. "Ye ker? Ambil duit ni, nanti Nura call
> teksi dan pergilah klinik ye, abang tak boleh hantar Nura ni." jawapan Hilmi
> yang betul-betul membuatkan Nura mengalirkan air mata. Tidak seperti
> dulu-dulu, kalau Nura sakit demam Hilmi sanggup mengambil cuti, bersama-sama
> menemani Nura. Arrgg rindunya Nura pada abang. Disebabkan Nura terlalu sedih
> dan kecewa, dia mengambil keputusan tidak mahu ke klinik selepas makan dua
> bijik panadol, dia terus berbaring. Sehingga ke petang, badan dia semakin
> panas dan kadang terasa amat sejuk, kepalanya berdenyut-denyut. Nura
> menangis lagi. Malam tu, seperti biasa Hilmi pulang lewat setelah menemani
> Zati ke majlis harijadi kawannya. Nura masih setia menunggu dan dia rasa
> kali ini dia ingin luahkan segala perasaan rindu dan sayangnya pada Hilmi.
> Tak sanggup lagi dia menanggung rindu yang amat sarat ini, rindu pada
> manusia yang ada di depan mata setiap hari. Aargh rindunya Nura pada abang.
> Apabila Hilmi selesai mandi dan tukar pakaian, Nura bersedia untuk membuka
> mulut, ingin diluahkan segalanya rasa rindu itu, dia rasa sakit demam yang
> dia tanggung sekarang ini akibat dari memendam rasa rindu yang amat sarat.
> "Abang, Nura nak cakap sikit boleh?" Nura memohon keizinan seperti
> kelazimannya. "Nura, dah lewat sangat esok sajalah, abang letih," bantah
> Hilmi. "Tapi esok pun abang sibuk jugak, abang tak ada masa, dan abang akan
> balik lambat, Nura tak berpeluang abang". ujar Nura dengan lembut. "Eh..dah
> pandai menjawab,"perli Hilmi. Meleleh air mata Nura, dan Hilmi rasa bersalah
> dan bertanya apa yang Nura nak bincangkan. "Kenapa abang terlalu dingin
> dengan Nura sejak akhir-akhir ni? Tanya Nura. "Nura, abang sibuk kerja cari
> duit, dengan duit tu, dapatlah kita bayar duit rumah, duit kereta, belanja
> rumah dan sebagainya faham?" Hilmi beralasan. Nura agak terkejut, selama ini
> Hilmi tak pernah bercakap kasar dengan dia, dan dia terus bertanya, "dulu
> Abang tak macam ni, masih ada masa untuk Nura, tapi sekarang?" Ujar Nura.
> "Sudahlah Nura abang dah bosan, pening, jangan tambahkan perkara yang
> menyesakkan dada", bantah Hilmi lagi. "Sampai hati abang abaikan Nura, Nura
> sedar siapa Nura, Nura tak mampu berikan zuriat untuk abang dan abang bosan
> kerana rumah kita kosong, tiada suara tangis anak-anak bukan? " dan Nura
> terus bercakap dengan sedu sedan. "Sudahlah Nura abang dah bosan, jangan
> cakap pasal tu lagi abang tak suka. Bosan betul... " Pagi tu, Hilmi keluar
> rumah tanpa sarapan, tanpa bertemu Nura dan tanpa suara pun. Nura makin
> rindu pada suaminya, demamnya pula kian menjadi-jadi. Malam tu Hilmi terus
> tidak pulang ke rumah, Nura menjadi risau, telefon bimbit dimatikan, Nura
> risau, dia tahu dia bersalah, akan dia memohon ampun dan maaf dari Hilmi
> bila dia kembali. Nura masih menanti, namun hanya hari ketiga baru Hilmi
> muncul dan Nura terus memohon ampun dan maaf dan hulurkan tangan tetapi
> Hilmi hanya hulurkan acuh tak acuh sahaja. Nura kecil hati dan meminta Hilmi
> pulang malam nanti kerana dia ingin makan bersama Hilmi. Hilmi sekadar
> mengangguk. Tetapi malam tu Nura kecewa lagi. Hilmi pulang lewat malam.
> demam Nura pulak makin teruk, dan esoknya tanpa ditemani Hilmi dia ke
> klinik, sebab sudah tidak tahan lagi. ------------ --------- ---------
> --------- --------- --------- --------- --
>
> Abang pulanglah abang, pulanglah Nura ingin beritahu perkhabaran ini, pulang
> abang, doa Nura. Nura kecewa tapi masih menanti, bila masuk hari ketiga dia
> sudah tidak sabar lagi, dia menelefon ke pejabat. Dan telefon itu disambut
> oleh Zikri. "Syukurlah Nura kau telefon aku, ada perkara aku nak cakap ni,
> boleh aku jumpa kau? tanya Zikri. "Eh tak bolehlah aku ni kan isteri orang,
> mana boleh jumpa kau tanpa izin suami aku, berdosa tau", tolak Nura. Pilunya
> hati Zikri mendengar pengakuan Nura itu. Setianya kau perempuan, bisik
> hatinya. "Oklah kalau macam tu, aku pergi rumah kau, aku pergi dengan mak
> aku boleh?" pinta Zikri. "Ok, kalau macam tu tak apalah, aku pun dah lama
> tak jumpa mak kau, last sekali masa konvo kita 6 tahun lepas kan?" setuju
> Nura. ------------ --------- --------- --------- --------- ---------
> --------- --
>
> "Eh kenapa pucat semacam ni? tegur Mak Siti. Nura hanya tersenyum penuh
> makna, dan membisik, "Allah makbulkan doa saya mak cik". Pilu hati Mak Siti
> dan betapa dia sedar betapa Allah itu Maha Mengetahui apa yang Dia lakukan.
> Segera Mak Siti mendapat Zikri di ruang tamu dan khabarkan berita itu. Zikri
> serba salah. "Nura, aku anggap kau macam saudara aku, aku tak tahu macam
> mana nak mulakan, aku harap kau tabah dan tenang, sebenarnya Hilmi dalam
> proses untuk berkahwin lagi satu, dan aku sayangkan korang macam saudara
> sendiri, dan aku tak sanggup rumah tangga korang musnah macam ni, kau
> tanyalah dengan Hilmi dan bincanglah, cubalah selamatkan rumah tangga
> korang." terang Zikri. Nura menangis semahunya di bahu Mak Siti, rasa hampir
> luruh jantung mendengarkan penjelasan itu. Patutlah selalu tidak balik
> rumah. Berita gembira yang diterima pagi tadi, sudah tidak bermakna. Nura
> menantikan Hilmi sehingga ke pagi, namun dia masih gagal. Dua hari kemudian
> Hilmi pulang dan sibuk mengambil beberapa pakaian penting, dan masa ini Nura
> bertekad untuk bertanya. "Ya, betul apa yang Nura dengar tu, dan kami akan
> langsungkan jugak, dan abang takkan lepaskan Nura, itu janji abang, mak ayah
> pun dah tahu dan mereka tak kisah asalkan abang tidak lepaskan Nura, kerana
> mereka juga sayangkan Nura, dan Nura kena faham abang inginkan zuriat
> sendiri, walau apa pun persiapan sedang dibuat, abang janji takkan abaikan
> Nura." Janji Hilmi. Nura sayu mendengar, dan bagaikan kelu lidahnya untuk
> berkata-kata. Dan segala perkhabaran gembira itu terbunuh menjadi khabar
> duka. Nura terlalu kecewa. ------------ --------- --------- ---------
> --------- --------- --------- --
>
> Hilmi masih menanti di luar, rasa amat bersalah bersarang di kepala, sejak
> dihubungi Zikri, dia bergegas ke hospital apabila dimaklumkan Nura pengsan
> dan mengalami pendarahan. Doktor dan jururawat keluar masuk. Dia masih
> resah. "Insya-Allah En. Hilmi, dua-dua selamat", terang doktor pada Hilmi.
> "Dua-dua apa maksud doktor? tanya Hilmi. "Dua-dua ibu dan baby dalam
> kandungan tu, tapi dia kena banyak berehat kerana rahimnya tidak begitu
> kukuh, saya takut banyak bergerak akan menyebabkan berlaku keguguran, tapi
> kami dah mulakan injection untuk kuatkan paru-paru baby dan jahitkan rahim
> dia dan bersedia untuk early delivery dalam kes macam ni," terang doktor.
> "Ya Allah Nura mengandung, Ya Allah berdosanya aku pada Nura, kesal Hilmi.
> Malu rasanya untuk menatap muka Nura. "Kenapa Nura tak bagi tahu abang yang
> Nura mengandung? kesal Hilmi. "Nura memang nak bagitau abang tapi, bila
> abang cakap abang sudah bertunang dan akan berkahwin dengan perempuan Nura
> tak sampai hati bang, Nura tak sanggup abang malu dan keluarga abang malu."
> Jelas Nura. "Nura sebenarnya, abang belum bertunang dengan budak tu, abang
> cuma sekadar berkawan sahaja. Belum pernah abang bincangkan soal kawin lagi,
> dan abang tak sanggup nak teruskan hubungan tu lagi kerana abang akan jadi
> ayah tidak lama lagi." janji Hilmi. Kesal kerana mengabaikan Nura yang
> mengandung itu, membuatkan Nura risau dan akhirnya pitam di halaman rumah,
> mujurlah ada jiran nampak dan membawa ke hospital, dan mujur jugak Nura
> pengsan di halaman, dapat dilihat orang. ------------ --------- ---------
> --------- --------- --------- --------- ------
>
> "Mama, kenapa mama buat tu, biarlah mak yang buat," marah Hilmi bila
> melihatkan Nura cuba menyapu lantai. Sejak keluar hospital hari tu, mertua
> dia meminta supaya Nura tinggal saja di rumah sehingga bersalin kerana dia
> memang tidak dibenarkan doktor melakukan sebarang kerja, bimbang keguguran
> kerana rahimnya tidak kuat. "Ala Papa ni, biarlah mama buat sikit sajalah."
> balas Nura. Itulah panggilan manja mereka sekarang ni. Dengan pengawasan
> rapi doktor, yang setiap dua tiga sekali akan melakukan pemeriksaan, dan
> bila usia kandungan mencecah 6 bulan, doktor mengarahkan supaya Nura hanya
> berehat di hospital, supaya senang mengawasi Nura dan andainya apa-apa
> berlaku Nura akan terus dibedah untuk menyelamatkan nyawanya dan bayi yang
> dikandung. Setiap hari Nura akan dilawati oleh Hilmi. Nura amat bahagia,
> ternyata bayi yang dikandung membawa sinar, amat berharga kehadiran dia
> nanti, sebab itulah Nura sanggup tinggal di hospital, sanggup menelan
> berjenis ubat, sanggup disuntik apa saja semuanya demi bayi itu. Kandungan
> sudah di penghujung 7 bulan, Nura amat bahagia merasakan gerakan-gerakan
> manja bayi yang dikandungnya. Setiap tendangan bayi dirasakan amat
> membahagiakan. Doktor makin teliti menjaga Nura, kerana bimbang berlaku
> pertumpahan darah, dan akhirnya apa yang dibimbangi para doktor menjadi
> nyata apabila Nura mengalami pertumpahan darah yang serius, lantas terus dia
> ditolak ke dalam bilik bedah dalam masa beberapa minit sahaja. Hilmi tiba
> bersama ibu dan ayahnya, dia panik sekali, namun cuba ditenangkan oleh kedua
> orang tuanya. Hampir 1 jam berlalu, apakah khabarnya Nura di dalam sana.
> Hilmi makin risau, setengah jam kemudian doktor keluar. Hilmi meluru "doktor
> bagaimana isteri saya ?", Hilmi terus bertanya. "Sabar, kami telah cuba
> sedaya upaya, tahniah anak encik selamat, encik dapat anak perempuan,
> seberat 2.1 kilogram, dan kini kami cuba sedaya upaya untuk selamatkan Puan
> Nura Ain." terang doktor. "Apa maksud doktor? Tanya Hilmi yang sudah tidak
> sabar. "Begini, dia kehilangan banyak darah, kami cuba sedaya upaya
> menggantikan darahnya yang keluar itu, dan masih berusaha, namun rahimnya
> terus berdarah dan kami mohon kebenaran untuk membuang terus rahimnya demi
> menyelamatkan nyawanya." jelas doktor. "Buatlah doktor, saya izinkan asalkan
> isteri saya selamat. " ------------ --------- --------- --------- ---------
> --------- --------- --
>
> "Ermmm... lekanya dia sampai terlena." tegur Hilmi sambil membelai dan
> mengusap kepala Nur Syuhadah yang terlena akibat kenyang selepas menyusu
> dengan Nura. Nura hanya tersenyum. Hari ni genap seminggu usia Syuhadah.
> Nura Ain masih lemah akibat kehilangan banyak darah. Namun dikuatkan
> semangat demi Nur Syuhadah buah hatinya. Dia mencium sepenuh kasih sayang
> pipi comel anaknya itu. Dia membelai sayu wajah comel itu. Entah kenapa dia
> rasa seperti terlalu sayu hari itu, hatinya terlalu sepi, semalam dia
> mimpikan arwah ibunya, datang menjenguk dia dan Syuhadah, tanpa suara,
> ibunya hanya tersenyum. Dan akhirnya berlalu begitu sahaja. Hari ini Nura
> menjadi seorang perindu, dia rindukan ibunya, dan diceritakan perkara itu
> pada Hilmi. "Mungkin mak Nura datang tengok cucu dia, dan dia amat gembira".
> pujuk Hilmi menenangkan Nura. "Abang... tolong Nura bang!!" laung Nura dari
> bilik air. "Ya Allah Nura kenapa ni? Hilmi ketakutan. "Mak... tolong mak...
> makkkkkkkkkkk" Hilmi menjerit memanggil emaknya didapur. "Cepat, bawak pergi
> hospital, cepat Hilmi" perintah Mak Zaharah. ------------ ---------
> --------- --------- --------- --------- --------- --
>
> "Maaf dia tidak dapat kami selamatkan, terlalu banyak darah yang keluar, dan
> kami tak sempat berbuat apa-apa, dia terlalu lemah dan akhirnya dia
> 'dijemputNya" , terang doktor. Terduduk Hilmi mendengarkan hal itu. Jenazah
> selamat dikebumikan. Syuhadah seakan mengerti yang dia sudah tidak akan
> menikmati titisan-titisan susu Nura Ain lagi. Syuhadah menangis seolah-olah
> ingin memberitahu dunia yang dia perlukan seorang ibu, seorang ibu yang
> bersusah payah, bersabung nyawa demi untuk melihat kelahirannya. Demi
> membahagiakan papanya, demi membahagiakan neneknya. Syuhadah terus menangis
> seolah-olah tidak rela dia dipisahkan dengan ibunya hanya bersamanya untuk
> sekejap cuma. Semua yang hadir kelihatan mengesat mata, tidak sanggup
> mendengar tangisan bayi kecil itu. Semua terpaku dan terharu, Hilmi
> mendukung Syuhadah dan memujuk bayi kecil itu, akhirnya dia terlelap
> didakapan papanya. ------------ --------- --------- --------- ---------
> --------- --------- --
>
> Abang yang Nura rindui, Abang, maafkan Nura kerana selama ini tidak mampu
> menjadi isteri yang terbaik buat abang. Saat abang membaca surat ini,
> mungkin Nura sudah jauh meninggalkan abang, Nura tak harapkan Nura akan
> selamat melahirkan anak ini, tapi Nura harap bayi akan selamat walau apa
> yang terjadi pada Nura. Itu harapan Nura bang. Nura masih ingat, rumah
> tangga kita hampir runtuh kerana Nura tidak mampu memberikan zuriat buat
> abang, tapi bang, kali ni doa Nura dimakbulkan, dan untuk itu, biarlah Nura
> menanggung segala kepayahan demi zuriat ini bang. Saat Nura menulis surat
> ini, Nura masih lagi menjadi penghuni setiap katil hospital ini. Baby kita
> makin nakal bergerak bang, tapi Nura bahagia merasa setiap tendangan dia
> abang, Nura bahagia, cukuplah saat manis ini Nura dan dia. Nura rasakan
> setiap pergerakannya amat bermakna, dan andainya ditakdirkan Nura hanya
> ditakdirkan untuk bahagia bersama dia hanya dalam kandungan sahaja Nura
> redha bang. Siapalah Nura untuk menolak ketentuanNya. Nura tak mampu abang.
> Cukup bersyukur kerana sekurang-kurangnya Allah makbulkan doa Nura untuk
> mengandungkan zuriat dari benih abang yang Nura cintai dan kasihi selamanya.
> Nura redha sekiranya selepas ini walau apa terjadi, Nura redha, kerana Allah
> telah memberikan Nura sesuatu yang cukup istemewa, dan andainya maut
> memisahkan kita Nura harap abang redha sebagaimana Nura redha. Syukurlah
> sekurang-kurang Allah berikan nikmat kepada Nura untuk merasai nikmatnya
> menjadi seorang ibu walau cuma seketika. Andai apa yang Nura takutkan
> terjadi, dan bayi ini dapat diselamatkan Nura harap abang akan jaganya
> dengan penuh kasih sayang. Nura harap abang jangan biarkan hidupnya tanpa
> seorang ibu. Cuma satu Nura harapkan dia akan mendapat seorang ibu yang
> mampu menjaga seorang anak yatim dengan baik dan menjaganya dengan penuh
> kasih sayang. Seumur hayat Nura, Nura tak pernah meminta sesuatu dari abang,
> dan kini inilah permintaan Nura, janjilah anak ini akan mendapat seorang ibu
> yang penyayang. Abang yang Nura rindui... Dulu sewaktu rumah tangga kita
> dilandai badai, Nura ingin sangat ucapkan kata-kata ini pada abang, tapi
> Nura tak berkesempatan, dan walaupun kini Nura tiada lagi, tapi Nura nak
> abang tahu yang... Nura rindukan abang... ... Nura rindu sangat dengan
> abang... ..rindu bang... rindu sangat..